Juno Lintasi
Orbit Bumi
Pesawat antariksa milik Badan
Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA, Juno, telah berhasil melintasi orbit
Bumi dan sedang dalam perjalanan menuju Planet Yupiter untuk melakukan misinya.
Perjalanan Juno menuju Yupiter ini memang tergolong istimewa. Misinya pun tak main-main. Dia akan mengeksplorasi planet terbesar di tata surya kita itu dan mengirimkan semua informasi yang didapatkannya ke Bumi. Informasi ini diharapkan mampu menjawab banyak pertanyaan mengenai planet tersebut. NASA bahkan menyiarkan secara langsung perjalanan Juno menuju ke Yupiter itu di situs YouTube.
Dipandu Bill Nye—seorang pendidik, pemandu acara televisi dan pemerhati dunia sains, NASA menghadirkan program, “why with Nye” yang telah diluncurkan perdana pada Selasa (8/10) lalu, di THNKR, RadicalMedia. Seri pertama ini menjelaskan aspekaspek penting dari misi NASA ke Yupiter, termasuk bagaimana perjalanan unik dari Bumi–Matahari–Bumi– Yupiter.
Sebuah misi penerbangan yang benar-benar membantu pesawat ruang angkasa akhirnya mendapatkan kecepatan melebihi 250.000 kph. “Juno adalah misi yang luar biasa, oleh karena itu setiap orang di Bumi dapat mempelajarinya. Saya bangga menjadi bagian dari video ini yang menggambarkan perjalanan fantastis Juno. Itu bagian dari upaya umat manusia untuk mempelajari bagaimana tata surya kita,” ujar Bill Nye, seperti dilansireturbonews.
Sementara itu Scott Bolton dari Southwest Research Institute, Principal Investigator untuk Misi Juno, mengaku senang dengan keberadaan Nye yang membantu menghubungkan komunitas sains dan seluruh dunia dalam misi bersejarah untuk Yupiter. “Juno akan membantu manusia mengeksplorasi bagaimana Yupiter didikte oleh distribusi unsur dan molekul untuk akhirnya menciptakan Bumi dan mungkin kehidupan itu sendiri,” papar dia.
Juno dijadwalkan akan tiba di Yupiter pada 4 Juli 2016, pukul 19.29 PDT (09.29 WIB, 5 Juli 2016). Begitu tiba di orbit planet dengan bulan yang banyak itu, Juno akan mengelilingi planet ini sebanyak 33 kali, dari kutub ke kutub. Dia akan menggunakan sembilan instrumen ilmu pengetahuan untuk menyelidiki bawah penutup gas raksasa menutupi awan.
Dengan inilah, tim sains Juno akan mempelajari asal, struktur Yupiter, serta atmosfer dan magnetosfer, dan mencari potensi planet dari inti. “Kami akan melaksanakan instrumen ilmu pengetahuan, karena instrumen Juno akan beroperasi di lingkungan magnetosferik untuk pertama kalinya. Medan magnet Bumi akan memungkinkan sejumlah instrumen untuk diuji,” ujar Jeff Lewis, seorang insinyur pesawat ruang angkasa untuk Lockheed Martin Space Systems, dikutipnbcnews.
Para ilmuwan juga akan memanfaatkan penerbangan melintasi (flyby) bulan sebagai kesempatan untuk mengukur bagaimana pesawat ruang angkasa beroperasi. “Karena Juno merupakan pesawat ruang angkasa berputar, jadi kita perlu merasakan waktu yang tepat untuk mengambil data bulan atau Yupiter melewati bidang instrumen,” imbuh Lewis.
Juno, proyek senilai USD1,1 miliar ini,diluncurkan ke antariksa pada Agustus 2011 lalu. NASA menggunakan Atlas 5 Rocket untuk membawa pesawat antariksa itu. Namun, roket itu tidak cukup kuat untuk mengirim pesawat ruang angkasa sampai Yupiter. Sebaliknya, dia justru mengirimkan Juno pada lintasan perulangan yang memang diusung di luar orbit Mars dan kembali sehingga mengelilingi Bumi.
Hal ini pun disebut oleh para ilmuwan dengan “gravitasi membantu”. Juno melesat melalui sistem surya pada kecepatan 126.000 km/jam. Selama gravitasi membantu meningkatkan kecepatan, gravitasi Bumi akan menyebabkan Juno untuk mempercepat saat mendekati planet. Setelah Juno melengkapi flyby, itu akan melesat sekitar 140,000 km/jam.
Afrika Selatan, sepertinya memiliki kesempatan eksklusif untuk dapat melihat Juno dari Bumi yang tengah menyeberangi langit dengan mata telanjang. Saat itu, Juno berada dalam posisi terdekatnya dengan bumi yang akan terbang di ketinggian hanya 558 kilometer dari Bumi. Kemudian, secara online, ruang kamera akan melacak Juno dari Bumi yang akan terbang melintas, lalu kita melihatnya secara gratis di situs YouTube.
Flyby itu sudah terjadi pada Rabu (9/10) lalu dan Juno langsung masuk ke safe mode setelah mendeteksi kondisi ganjil. Kondisi ini menyebabkan para peneliti mencari tahu apa yang terjadi dan bagaimana memperbaikinya. Para peneliti menyebut level kekhawatiran mereka terhadap Juno “moderat”.NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL), Pasadena, California, adalah pengelola misi Juno untuk peneliti utama, Bolton, dari Southwest Research Institute di San Antonio.
Perjalanan Juno menuju Yupiter ini memang tergolong istimewa. Misinya pun tak main-main. Dia akan mengeksplorasi planet terbesar di tata surya kita itu dan mengirimkan semua informasi yang didapatkannya ke Bumi. Informasi ini diharapkan mampu menjawab banyak pertanyaan mengenai planet tersebut. NASA bahkan menyiarkan secara langsung perjalanan Juno menuju ke Yupiter itu di situs YouTube.
Dipandu Bill Nye—seorang pendidik, pemandu acara televisi dan pemerhati dunia sains, NASA menghadirkan program, “why with Nye” yang telah diluncurkan perdana pada Selasa (8/10) lalu, di THNKR, RadicalMedia. Seri pertama ini menjelaskan aspekaspek penting dari misi NASA ke Yupiter, termasuk bagaimana perjalanan unik dari Bumi–Matahari–Bumi– Yupiter.
Sebuah misi penerbangan yang benar-benar membantu pesawat ruang angkasa akhirnya mendapatkan kecepatan melebihi 250.000 kph. “Juno adalah misi yang luar biasa, oleh karena itu setiap orang di Bumi dapat mempelajarinya. Saya bangga menjadi bagian dari video ini yang menggambarkan perjalanan fantastis Juno. Itu bagian dari upaya umat manusia untuk mempelajari bagaimana tata surya kita,” ujar Bill Nye, seperti dilansireturbonews.
Sementara itu Scott Bolton dari Southwest Research Institute, Principal Investigator untuk Misi Juno, mengaku senang dengan keberadaan Nye yang membantu menghubungkan komunitas sains dan seluruh dunia dalam misi bersejarah untuk Yupiter. “Juno akan membantu manusia mengeksplorasi bagaimana Yupiter didikte oleh distribusi unsur dan molekul untuk akhirnya menciptakan Bumi dan mungkin kehidupan itu sendiri,” papar dia.
Juno dijadwalkan akan tiba di Yupiter pada 4 Juli 2016, pukul 19.29 PDT (09.29 WIB, 5 Juli 2016). Begitu tiba di orbit planet dengan bulan yang banyak itu, Juno akan mengelilingi planet ini sebanyak 33 kali, dari kutub ke kutub. Dia akan menggunakan sembilan instrumen ilmu pengetahuan untuk menyelidiki bawah penutup gas raksasa menutupi awan.
Dengan inilah, tim sains Juno akan mempelajari asal, struktur Yupiter, serta atmosfer dan magnetosfer, dan mencari potensi planet dari inti. “Kami akan melaksanakan instrumen ilmu pengetahuan, karena instrumen Juno akan beroperasi di lingkungan magnetosferik untuk pertama kalinya. Medan magnet Bumi akan memungkinkan sejumlah instrumen untuk diuji,” ujar Jeff Lewis, seorang insinyur pesawat ruang angkasa untuk Lockheed Martin Space Systems, dikutipnbcnews.
Para ilmuwan juga akan memanfaatkan penerbangan melintasi (flyby) bulan sebagai kesempatan untuk mengukur bagaimana pesawat ruang angkasa beroperasi. “Karena Juno merupakan pesawat ruang angkasa berputar, jadi kita perlu merasakan waktu yang tepat untuk mengambil data bulan atau Yupiter melewati bidang instrumen,” imbuh Lewis.
Juno, proyek senilai USD1,1 miliar ini,diluncurkan ke antariksa pada Agustus 2011 lalu. NASA menggunakan Atlas 5 Rocket untuk membawa pesawat antariksa itu. Namun, roket itu tidak cukup kuat untuk mengirim pesawat ruang angkasa sampai Yupiter. Sebaliknya, dia justru mengirimkan Juno pada lintasan perulangan yang memang diusung di luar orbit Mars dan kembali sehingga mengelilingi Bumi.
Hal ini pun disebut oleh para ilmuwan dengan “gravitasi membantu”. Juno melesat melalui sistem surya pada kecepatan 126.000 km/jam. Selama gravitasi membantu meningkatkan kecepatan, gravitasi Bumi akan menyebabkan Juno untuk mempercepat saat mendekati planet. Setelah Juno melengkapi flyby, itu akan melesat sekitar 140,000 km/jam.
Afrika Selatan, sepertinya memiliki kesempatan eksklusif untuk dapat melihat Juno dari Bumi yang tengah menyeberangi langit dengan mata telanjang. Saat itu, Juno berada dalam posisi terdekatnya dengan bumi yang akan terbang di ketinggian hanya 558 kilometer dari Bumi. Kemudian, secara online, ruang kamera akan melacak Juno dari Bumi yang akan terbang melintas, lalu kita melihatnya secara gratis di situs YouTube.
Flyby itu sudah terjadi pada Rabu (9/10) lalu dan Juno langsung masuk ke safe mode setelah mendeteksi kondisi ganjil. Kondisi ini menyebabkan para peneliti mencari tahu apa yang terjadi dan bagaimana memperbaikinya. Para peneliti menyebut level kekhawatiran mereka terhadap Juno “moderat”.NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL), Pasadena, California, adalah pengelola misi Juno untuk peneliti utama, Bolton, dari Southwest Research Institute di San Antonio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar